Milenialnusantara.id – Budi daya maggot memberikan keuntungan ekonomis dan dapat mengurangi sampah organik rumah tangga. Jumlah sampah organik di masyarakat cukup tinggi.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 menyatakan, jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 68,7 juta ton/tahun.
Dari jumlah tersebut komposisi sampah organik terutama sampah sisa makanan paling besar, yakni mencapai 41,27 persen. Sedangkan 38,28 persen dari sampah organik tersebut bersumber dari rumah tangga.
Dikatakan Ketua Tim Abdimas Dosen Unindra PGRI, Hugo Aries Suprapto, maggot yang termasuk larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) mampu membantu mengurai sampah organik.
“Dengan melakukan pembudidayaan maggot, masyarakat bisa berkontribusi mengurangi jumlah sampah organik yang berasal dari rumah tangga,” jelas Hugo dalam keterangan tertulisnya (4/9/2023).
Hugo menambahkan, pengabdian masyarakat dengan tema: Sistem Aplikasi Budi Gopar Berbasis Website Untuk Pengolahan Sampah Organik Melalui Budidaya Maggot yang dilaksanakan di RW. 03 Kelurahan Gandaria Utara, Kebayoran baru, Jakarta Selatan tersebut adalah sebagai sarana memberikan informasi pemahaman pentingnya sampah organik dalam pemanfaatan budidaya maggot. Selain itu maggot juga memiliki nilai ekonomis serta timnya membantu menyiapkan aplikasi maggot yang dapat diakses warga RW 03 Gandaria Utara.
Kegiatan Abdimas tersebut dibagi dalam tiga tahap. Pertama, peserta Abdimas diberikan informasi terkait prosedur budidaya maggot BSF, pemilihan sampah organik, siklus maggot, perkembangan maggot, budidaya maggot, biopon budidaya maggot dan cara pengemasannya.
Kedua, peserta diberi informasi nilai jual dan cara pemasaran maggot, terutama yang menggunakan aplikasi Gopar agar manfaat ekonomis bisa dirasakan warga yang melakukan budidaya maggot. Hasil dari budidaya maggot, baik maggot basah maupun maggot kering memiliki nilai ekonomis tinggi. Dari pengenalan budiaya maggot tersebut para peserta abdimas memahami nilai jual hasil maggot tersebut.
Adapun ketiga, peserta Abdimas diberikan pembelajaran sistem aplikasi maggot. Para peserta yang mayoritas ibu rumah tangga tersebut diajari cara mengunduh dan menggunakan aplikasi maggot yang ada di gadget masing-masing.
“Dari rancang bangun sistem ini warga RW 03 Gandaria Utara dapat mengakses dan melihat hasil dari budidaya maggot tersebut sampai pada sistem penjualannya,” jelas Hugo.
Sedangkan anggota Tim Abdimas Unindra PGRI Adhis Darussalam Pamungkas menambahkan, ide pembudiayaan maggot tersebut berawal dari keinginan mengurangi jumlah sampah organik di Jakarta. Sebagai gambaran saja, jumlah sampah yang masuk ke TPA Bantar Gebang Bekasi mencapai 7.200 ton per hari. Dari jumlah tersebut 40 persen merupakan sampah organik.
“Setelah dilakukan penelitian ternyata budi daya maggot bisa menjadi solusi untuk mengurangi jumlah sampah organik, terutama sampah dari rumah tangga,” jelas Adhis.
Adhis menambahkan, agar warga tertarik, mereka diajari cara mengelola maggot secara mudah dan murah. Apalagi makanan maggot bisa berupa sampah rumah tangga seperti sisa makanan, lauk-pauk atau sayuran. Nilai jualnya pun berkisar Rp40 ribu- Rp70 ribu per kilogram. Artinya, semakin banyak jumlah maggot yang dibudidayakan, uang yang didapat juga lebih besar.
“Hal yang juga penting, warga harus melihat maggot sebagai sesuatu yang memiliki nilai jual karena sudah banyak aplikasi yang bersedia membeli hasil budidaya maggot denga harga baik,” jelas Adhis.
Pengabdian masyarakat yang diadakan pada 19 Agustus 2023 tersebut diharapkan menambah pengetahuan dan pemahaman bahwa sampah organik yang dipilih dapat digunakan untuk budidaya maggot Kegiatan abdimas tersebut juga diikuti dosen lain yakni Salman Alfarizi, Sigit Widiyarto, Siti Alifah, Retno, dan Harmi, serta dibantu dua mahasiswi yakni Nur Fatihah dan Nur Habibah.(*)