MilenialNusantara.id – Bupati Kabupaten Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan meminta kepada seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat Kabupaten Kapuas Hulu dapat bergerak sesuai dengan yang tercantum.
“Kita telah memiliki data yang akurat, tinggal memastikan agar kelompok sasaran mendapat intervensi, selanjutnya didukung dengan sarana infrastuktur yang baik,” kata Fransiskus, Selasa (12/10/2024).
Bupati yang akrap disapa Kak tersebut menjelaskan dengan didukungnya bantuan sosial bagi keluarga tidak mampu dan masifnya sosialisasi pemahaman terkait stunting maka target penurunan angka stunting dapat tercapai.
Baca Juga : Pembukaan MTQ ke-32 Kalbar, Karolin: Wujud Kebersamaan dan Kerukunan Masyarakat Landak
“Program yang terkait dengan penurunan stunting, selama ini sudah dijalankan oleh dinas terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Akan tetapi, yang menjadi tantangan adalah bagaimana memastikan bahwa seluruh program dapat secara konvergen sampai di wilayah dan diterima oleh rumah tangga sasaran,” ujarnya.
Menurutnya, dari sisi kerangka intervensi seperti penanganan stunting secara garis besar dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif yang berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan.
“Intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan, sementara intervensi gizi sensitif adalah intervensi pendukung stunting,” ujarnya.
lebih lanjut intervensi gizi sensitif seperti penyediaan air bersih dan sanitasi, pendidikan perkawinan, perbaikan pola pengasuhan, pemberian bantuan sosial, dan peningkatan kesadaran pengasuhan dan gizi ini memiliki kontribusi lebih besar (70 persen) dalam upaya penurunan stunting.
Baca Juga : Hasil Rekapitulasi Pilkada Kapuas Hulu: Fransiskus Diaan-Sukardi Unggul dengan 80.618 Suara
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penanganan stunting secara holistik tidak cukup hanya pada sektor kesehatan saja, tetapi juga harus menyentuh aspek sosial ekonomi. Penanganan stunting perlu koordinasi lintas sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan lainnya. “ucapnya.
Fransiskus Diaan juga menjelaskan bahwa, hasil survei penurunan stunting di Kapuas Hulu pada tahun 2021 sebesar 31,2 persen dan tahun 2023 sebesar 29,94 persen, sehingga penurunannya hanya 1,26 persen saja.
“Dimana survei ini jauh berbeda dengan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI), yang mana prevalensi stunting Kapuas Hulu pada tahun 2023 telah berhasil turun sebesar 16,7 persen,” tegas Bupati.
Baca Juga:Kampanye di 10 Titik, Karolin: Ketahanan Pangan Harus Dilanjutkan.
Namun perlu diketahui bersama kata Bupati, survei tersebut hanya menggunakan sampel saja atau tidak menyeluruh sehingga bisa berubah pada tahun depan.
“Keadaan rill prevalensi stunting di Kabupaten Kapuas Hulu dapat kita lihat berdasarkan penilaian status gizi, yang mana datanya sudah by name dan by address sehingga lebih akurat,” katanya.
Pastinya tegas Bupati, terkait kasus stunting pada anak, Pemda Kapuas Hulu telah membuat dasar yang baik dengan memiliki data yang akurat dan lengkap.
“Selanjutnya adalah bagaimana menyusun strategi dan inovasi yang tepat agar penurunan angka stunting kita dapat tercapai dengan signifikan,” tutupnya. **