Milenialnusantara.Id- Pemilian Umum (Pemilu) di Indonesia selalu dihebohkan dengan drama Politik. Cerita Pemilu ibarat drama series dengan episode-episode menarik dengan plot cerita yang beragam,dari Kisah romansa koalisi, adu elektabilitas hingg Oposisi yang tersakiti menjadi tontonan menarik dalam ruang publik tanah air. Aktor utama dalam drama politik adalah para politikus, elit partai bersam simpatisannya.
Drama para elit tersusun dengan alur maju mundur tersebut tentu menarik atensi publik, respon publik terhadap setiap drama yang disajikan menjadi bagian terpenting karena dapat menentukan alur cerita pada episode selanjutnya.
Dua media utama yang menjadi kana drama politik di sajikan yakni media massa (pers) sebagaimana fungsinya memberitakan atau menayangkan informasi yang dibentuk dalam bingkai jurnalistik dan Media sosial kini menjadi kanal utama bagi masyarakat (Netizen) dengan penggunaanya yang dapat dikontrol sendiri oleh netizen dan media sosial memberi ruang personal bagi masyarakat untuk berekspresi. Media sosial perlahan telah menggeser media massa konvensional dalam merebut simpati Masyarakat. Para Aktor Politik menjadikan media sosial sebagai kanal utama kampanye politiknya.
Pemilu selanjutnya akan dilaksanakan pada bulan februari 2024, Konsolidasi politik telah berjalan. namun drama-drama menuju pesta demokrasi tersebut sudah dimulai jauh sebelum Pemilu. Plot Drama Pemilu 2024 diawali dengan episode siapa figure pengganti Presiden Joko Widodo, Episode ini menampilkan figur-figur yang yang dianggap menjadi pemimpin masa depan Indonesia.
Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anis Baswedan adalah tiga figure yang memiliki elektabilitas tinggi, berdasarkan hasil poling berbagai Lembaga survey. Selain tiga nama tersebut juga muncul Seperti Ridwan kamil, Erik Tohir, Puan Maharani, Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Episode ini diwarnai cerita bahwa popularitas dan elektabilitas yang tinggi figure akan sia-sia jika Partai atau koalisi partai tidak mengusung figur bersangkutan. Cerita tersebut menampilkan partai atau ketua umum Partai mempunya peran dominan dalam politik Indonesia
Episode ke dua hadir dengancerita yang paling menarik Yakni wacan penundaan Pemilu dan perpanjangan masa Jabatan Presiden. Gagasan penundaan pemilu 2024 dilontarkan oleh dua ketua umum partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhimin Iskandar dan Zulkifli Hasan dari Partai Amanat Nasional (PAN). Mereka berdalih pemilu diundur agar momentum perbaikan ekonomi akibat pandemi tidak hilang dan mengakibatkan sektor ekonomi mengalami penurunan karena terganggu oleh hajatan politik pemilu.
Isu ini mengundang Pro kontra publik. Aksi Mahasiswa sebagai bentuk protespun terjadi, Partai yang berada di luar pemerintahan menolak. Bahkan partai yang berada dalam pemerintahan (Koalisi) tidak semuanya sepakat dengan wacana tersebut. Wacana perpanjangan masajabatan diwarnai klaim big data. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan mengklaim big data yang ia katakana mengenai penundaan Pemilu 2024 tak mengada-ada.
LBP mengklaim memilikibig data penundaan pemilu didukung 110 juta warganet. Klaim yang sama pernah disuarakan oleh Ketua Umum Partai Keadilan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Muhaimin menyatakan dari 100 juta akun di media sosial, sebanyak 60 persen mendukung penundaan pemilu dan 40 persen menolak. Di lain sisi Presiden Jokowi tegas mengatakan bahwa dia tegak lurus dengan konstitusi.
Episode ini berakhir Ketika presiden Jokowi secara resmi menyampaikan bahwa Pemilu 2024 tetap dilaksanakan sesuai Jadwal yakni 14 Februari 2024. Gemuruh penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 kini mulai reda seiring dilantiknya anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Selasa 12 April 2022.
Drama Menuju Pilpres 2024 berlanjut setelah isu penundaan peilu batal, episode barupun muncul. Cerita diawali dengan ‘Ojo Kesusu’ hingga pembentukan poros koalisi oleh beberapa partai. Ojo kesusu sempat menjadi frasaa yang viral. Ungkapan diatas muncul dari sambutan Presiden Jokowi pada Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Relawan Projo di Balai Ekonomi Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022). “Yang berkaitan dengan politik, karena kita fokus selesaikan masalah itu, maka ojo kesusu sik, jangan tergesa-gesa, meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini (di arena Rakernas).
Pernyataan Jokowi di atas dinterpretasikan seolah Presiden Jokowi memberi signal dukungan kepada Ganjar Pranowo sebagai bakal Calon pengganti dirinya. Lebih jauh isu ini dinterpretasikan bahwa hubungan Jokowi dengan Ketua PDIP Megawati Sukarnoputri kurang harmonis. Megawati dinilai lebih merestui Puan Maharani sebagai Bakal Calon Presiden dari PDIP pada pemilu 2024. Drama ini berakhir Pada Raker PDIP dimana secara tegas PDIP perjuangan Menaruh sepenuhnya Keputuan pencalonan Presiden pada pemilu 2024 ditentukan Oleh Ketua Partai yaitu Megawati itu sediri.
Disaat yang sama Ketua Partai Politik yang lain intens melakukan komunikasi dengan partai yang lain dalam rangka membentuk koalisi. Partai Golkar, PPP, PAN sepakat berkoalisi dan membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), disusul oleh Partai Gerindra dan Partai kebangkitan Bangsa yang sepakat berada dalam satu barisan dlam menyambut Pemilu 2024, kedua partai bahkan memilih waktu yang sama berangkat mendaftarkan partainya sebagai peserta Pemilu 2024. Partai Nasdem pun tidak tinggal diam, Secara terbuka Partai Nasdem mengumumkan nama-nama bakal Calon Presiden yang akan diusungnya paa Pemilu 2024 yakni Anis Baswedan, Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo. Partai Nasdem juga intens melakukan komunikasi dengan partai lain,belakangan Nasdem, PKS dan Partai Demokrat diprediksi akan menjadi salah satu poros koalisi.
Episode terbaru drama menuju Pemilu 2024 adalah SBY Turun Gunung. Dikisahkan bahwa SBY mendapat informasi bahwa Pemilu 2024 akan berjalan tidak demokratis. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melemparkan dugaan pihak tertentu mendesain Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres). SBY juga menyebut ada kemungkinan pilpres berjalan tak adil, alias penuh kecurangan. Menindaklanjuti dugaannya tersebut SBY berencana ‘turun gunung’.
Pernyataan SBY tersebut memicu perdebatan denga pihak PDI Perjuangan, Sekjend PDI Perjuangan Hasto Kristianto balik menuduh adanya praktik kecurangan pada Pemilu 2009 dimasa pemerintahan SBY. Perdebatanpun pun berlanjut diantarakader Partai democrat dan PDIP, saling sindir dan debat di media massa berlanjut terus. SBY dan Partai Demokrat menunjukan posisi antagonisnya pada PDIP partai penguasa saat ini. Di sisi lain pernyataan SBY dinilai hanya mencari atensi publik guna mendongkrak elektabilitas partai dan mengembalikan kejayaan Demokrat seperti saat berkuasa dulu.
Drama Pemilu 2024 telah menayangkan empat episode, Alur dan pengembangan ide Cerita masih terbatas karena koalisi belum tuntas terbentuk. plot dan alur ceritanya masih berpusat pada para elit politik. Sama seperti Pemilu sebelumnya konsolidasi membentuk koalisi selalu alot. Akankah seperti ni terus?
Tahun 2023 akan menjadi tahun dengan tensi politik yang tinggi dimana koalisi elit akan terbentuk, peserta pemilu (Parpol) akan disahkan, Calon Presiden dan wakil presiden usungan koalisi akan muncul. Kita berharap pada episode selanjutnya politik gagasan menjadi komoditas utama ditampilkan ke Publik. Gagasan tentang aa yang dinilia adil, Ide pembangunan dan peningkatan kesejahtraan publik yang ditonjolkan, bukan lagi drama saling jegal mengejar elektabilitas lagi yang ditampilkan. Keyakinan akan proses demokrasi yang sehat akan menghasilkan figur pemimpin yang tidak hanya berakhlak baik tetapi juga mampu membawa Indonesia pada kemajuan dan kesejahteraan.